Video: Pemukim Yahudi Lompati dan Injak Makam Muslim Yerusalem

Kesepakatan untuk membangun hubungan formal antara negara-negara Arab dan Israel tidak populer di kalangan warga Palestina dan pendukung perjuangan Palestina.

Masuknya Nayef al-Sudairi ke Tepi Barat dan rencana kunjungan ke Masjid Al-Aqsa yang akhirnya dibatalkan diyakini tidak akan mungkin terjadi tanpa persetujuan otoritas Israel.

Persetujuan tersebutlah yang dipandang oleh banyak warga Palestina sebagai penerimaan diam-diam atas kendali Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang keduanya diduduki secara ilegal.

Pada tahun 2019, blogger Arab Saudi bernama Mohammed Saud dikejar dan diusir dari Masjid Al-Aqsa oleh orang-orang Palestina yang menyebutnya “sampah”, “murahan”, dan “Zionis”, serta meludahi wajahnya.

Saud, seorang pengagum vokal Israel, sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem Timur yang diduduki dan secara resmi disponsori oleh Kementerian Luar Negeri Israel.

Kunjungan Nayef al-Sudairi ke Palestina terjadi beberapa hari setelah penguasa de facto Arab Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) berbicara panjang lebar tentang negosiasi pihaknya dengan Israel dalam wawancara dengan Fox News.

Dalam kesempatan tersebut, MBS tidak menyinggung mengenai Negara Palestina, hak sipil dan hak asasi manusia, atau hal-hal spesifik lainnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian warga Palestina.

“Bagi kami, masalah Palestina sangat penting. Kita perlu menyelesaikan masalah itu,” kata MBS. “Kami berharap hal ini akan mencapai suatu tujuan, sehingga dapat meringankan kehidupan rakyat Palestina dan menjadikan Israel kembali sebagai pemain di Timur Tengah.”

Sumber www.liputan6.com