Sukla Project Bakal Atasi 7,5 Ton Sampah di Besakih Tiap Hari

Karangasem – GoTo Impact Foundation (GIF) meluncurkan Sukla Project Mahayuning Loka Bali di Gedung Wiyata Graha, Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali, Rabu (8/11/2023). Peluncuran tersebut sebagai percontohan pengelolaan sampah, baik organik maupun anorganik. Saat ini, sekitar 7,5 ton sampah memenuhi kawasan Besakih tiap hari.

Head of Program and Strategy GIF Nadiah Hanim mengatakan masalah sampah selama ini memang cukup sulit diatasi. Bencana banjir hingga kebakaran bisa timbul akibat pengelolaan sampah tidak baik.

Khusus untuk yang ada di wilayah Desa Besakih, setiap harinya ada sekitar 7,5 ton sampah yang dihasilkan baik sampah organik maupun anorganik. Dari jumlah tersebut hanya 6,78 persen yang dikelola. Sisanya dibuang ke tempat pembuangan sampah. Meskipun dari pihak desa telah melakukan beberapa upaya seperti membangun Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), tapi sampai saat ini pengelolaannya belum optimal.

“Oleh sebab itu, kami melakukan peluncuran Sukla Project ini, dengan harapan dapat mengatasi permasalah sampah yang ada di Desa Besakih agar dapat terkelola dengan baik agar tidak sampai menumpuk dan menyebabkan permasalahan baru,” kata Hanim.

Sedangkan, perwakilan dari konsorsium Changemakers selaku penggagas Sukla Project, Olivia Anastasia Padang, mengatakan dipilihnya Pura Agung Besakih karena GIF memang lebih fokus menangani sampah di tempat wisata.

Olivia menyebut sebelumnya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali. Hasilnya, DKLH juga merekomendasikan Pura Agung Besakih.

“Namun tidak menutup kemungkinan juga akan diterapkan di wilayah lain seperti Batur dan Uluwatu,” ujar Olivia.

Nantinya pengelolaan sampah dilakukan secara bertahap dan bisa jadi butuh waktu tidak sebentar. Karena harus diawali dengan edukasi kepada masyarakat setempat agar mau melakukan pengelolaan sampah di TPS3R yang ada di Besakih.

Setelah itu, baru diajarkan untuk melakukan pengolahan sampah, untuk yang organik bisa dibuat menjadi pupuk kompos. Sedangkan, untuk sampah plastik bisa diolah menjadi paving, batako, serta roster dengan dicampur bahan-bahan lainnya seperti semen dan pasir.

“Jadi pengelolaan sampah ini akan dilakukan oleh masyarakat sekitar, kami hanya membimbing saja sampai sampah tersebut menjadi barang-barang yang berharga dan bisa diperjualbelikan,” kata Padang.

Sementara itu, Kepala DKLH Provinsi Bali I Made Teja mengaku sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh GIF. Dia berharap program serupa bisa diterapkan di seluruh Bali.

“Saat ini, volume sampah di Bali kurang lebih mencapai 2.400 ton per hari. Jadi dengan adanya program ini tentu kami sambut dengan baik, namun permasalahan sampah merupakan tanggung jawab kita semua, yang terpenting adalah mengedukasi masyarakat dulu agar mau melakukan pemilahan sampah dan mengelolanya,” kata Teja.

Simak Video “Menyelesaikan Masalah Kota Bandung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu

(hsa/dpw)

Sumber www.detik.com