Internasional
Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
Selasa, 21/11/2023 11:05 WIB
Foto: RS Indonesia Diserang Israel (Tangkapan Layar Instagram @eye.on.palestine)
Jakarta, CNBC Indonesia – Israel semakin mengintensifkan operasi daratnya di Gaza utara. Kali ini pasukan Negara Zionis tersebut telah mengepung dan menyerang Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza sejak Minggu.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin menyebut penembak jitu dari Israel menargetkan mereka yang bergerak di dalam atau sekitar rumah sakit. Akibatnya, sebanyak 12 orang tewas, puluhan orang termasuk dokter luka-luka, dan ratusan warga lainnya terkepung dalam RS tersebut.
“Nyawa ribuan pasien, tenaga medis, dan pengungsi berada dalam risiko kematian akibat pemboman langsung dan berulang-ulang terhadap Rumah Sakit Indonesia,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA).
Dari update terbaru AFP Selasa (12/11/2023) pagi, situasi dilaporkan masih mencekam, di mana otoritas setempat khawatir pembantaian bisa terjadi. Namun disebutkan pula bagaimana pasien yang terjebak mulai mendapat pertolongan.
Sebanyak 200 pasien dievakuasi dari rumah sakit dengan bantuan Palang Merah Internasional (IRC). Mereka dibawa dengan bus ke rumah sakit Nasser di kota selatan Khan Yunis.
“Tentara Israel mengepung rumah sakit Indonesia,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra.
“Kami khawatir hal yang sama akan terjadi di sana seperti yang terjadi di Al-Shifa,” tambahnya, merujuk pada rumah sakit terbesar di Gaza yang telah digeledah pasukan Israel sejak Rabu.
“Kami prihatin dan khawatir mereka melakukan pembantaian di sana seperti yang mereka lakukan di al-Shifa.”
Pemerintah RI sendiri bereaksi.Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, mengutuk sekeras-kerasnya serangan Israel ke RS Indonesia Gaza, apalagi hal itu menewaskan sejumlah warga sipil.
“Serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional,” kata Retno pada keterangan persnya.
Namun bagaimana sejarah RS Indonesia di Gaza?
RS Indonesia merupakan salah satu fasilitas kesehatan paling populer di Gaza. RS ini merupakan salah satu tempat di mana korban serangan Israel di bawa dan diobati.
RS ini dibangun pada 2011 lalu melalui sumbangan dari Indonesia sejumlah Rp 126 miliar. RS ini dibangun di atas lahan wakaf Pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Pemerintah Indonesia pada 2016 lalu menyerahkan RS tersebut kepada pihak Palestina. Penyerahan ini dilakukan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.
RS ini sendiri telah mengalami serangan dari pihak Israel sebanyak beberapa kali. Pada 2011 lalu, bom Israel meledak di dekat lokasi RS Indonesia, di mana dua orang tewas dan sejumlah orang mengalami luka-luka sementara 17 relawan Indonesia mengamankan diri di lantai dasar bangunan rumah sakit.
Pada 2021, RS Indonesia juga menjadi target serangan Israel. Serangan tersebut mengakibatkan plafon kantor administrasi copot.
Mengapa RS Indonesia Diserang?
Sejak 7 Oktober, saat Israel menggencarkan serangan udara ke Gaza, tak terhitung berapa kali ledakan terjadi di sekitar RS Indonesia. Namun pengepungan kali ini adalah yang terburuk.
Mengutip CNN International, militer Israel (IDF) berdalih tembakan dilakukan untuk menanggapi serangan yang menargetkan pasukan mereka dari dalam RS. Pasukan Zionis berujar mereka ditembaki lebih dulu.
Namun Israel sendiri sebelumnya juga melakukan penyerangan serupa ke RS Al-Shifa. Israel mengklaim RS menjadi basis Hamas.
Mengutip Al-Jazeera, peneliti di Dewan Urusan Global Timur Tengah yang berbasis di Doha, Omar Rahman, pernah mengatakan ini sebagai strategi serangan psikologis Israel. Bukan hanya ditujukan ke warga Gaza tapi juga Palestina secara keseluruhan.
“Ini adalah bentuk perang psikologis,” katanya.
“Serangan terhadap rumah sakit menunjukkan kepada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman bagi Owarga Palestina),” ujar Rahman seraya menambahkan bahwa Israel bertindak dengan “impunitas total”.
Laman yang sama juga memuat analis senior Palestina di International Crisis Group, Tahani Mustafa. Ia mengatakan tindakan yang membuat warga Palestina merasa tidak aman di setiap fasilitas di Jalur Gaza adalah untuk memadamkan segala bentuk perlawanan.
“Ini adalah bagian dari pola pelecehan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada ruang yang aman,” kata Mustafa.
“Ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal dan melemahkan keinginan mereka untuk melawan,” tambahnya.
(sef/sef)
Sumber www.cnbcindonesia.com