Bandung – Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di Jawa Barat (Jabar) hari ini, Selasa (21/11/2023). Mulai dari vonis 19 tahun penjara untuk Aditya, pembunuh mantan Ketua KY Jaja Ahmad Jayus, hingga riuh penetapan UMP di Jabar.
Berikut rangkuman Jabar Hari Ini:
Vonis 19 Tahun Bui untuk Pembunuh Mantan Ketua KY
Aditya (35), terdakwa kasus pembunuhan mantan Ketua Komisi Yudisial (KY), Jaja Ahmad Jayus divonis 19 tahun penjara. Pria tersebut terbukti secara sah melakukan pembunuhan dan penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
Pembacaan putusan tersebut dibacakan majelis hakim ketua, Maju Purba di Pengadilan Negeri (PN) Bale Bandung, Selasa (21/11/2023). Terdakwa hadir secara langsung di meja hijau pesakitan.
“Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Aditya Alias Adit Bin Atam (Alm) dengan pidana penjara selama 19 tahun,” ucap Purba saat membacakan putusannya, Selasa (21/11/2023).
Purba menjatuhkan vonis sesuai dengan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU). Ia terbuktimelanggar Pasal 338 KUHP dan Pasal 351 ayat (2) KUHP.
“Menyatakan terdakwa Aditya Alias Adit Bin Atam (Alm) telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan yang mengakibatkan luka berat. Sebagaimana dakwaan yang dilakukan oleh JPU,” katanya.
“Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan sepenuhnya dari yang telah ditentukan. Menetapkan terdakwa dalam tahanan,” tambahnya.
Purba menambahkan beberapa barang bukti milik terdakwa dimusnahkan. Diantaranya, barang bukti berupa satu bilah celurit, satu buah kaos abu-abu, satu buah jaket kulit warna coklat.
“Satu unit sepeda motor merk honda beat pop warna putih dirampas untuk negara. Membebankan terdakwa untuk dibebani biaya perkara sebesar Rp 2000,” pungkasnya.
Harapan dari Tenda Belajar Usai Setahun Gempa Cianjur
Ratusan siswa SDN Citamiang Kabupaten Cianjur masih belajar di tenda darurat lantaran bangunan sekolah rusak berat usai diguncang gempa bumi pada 2022 lalu. Meskipun bencana gempa bumi sudah setahun berlalu, tetapi bangunan sekolah itu masih belum diperbaiki.
Dari luar, bangunan SDN Citamiang tampak masih kokoh berdiri, namun jika dilihat dari dalam, seluruh tembok dan atap rusak parah. Foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin tampak masih terpasang di antara tembok kelas yang rubuh dan jebol akibat gempa.
Para siswa pun tampak belajar di tenda bantuan dari Kemensos dan PMI, dengan menggunakan meja serta kursi kayu yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan, atau puing bangunan kelas yang rusak.
“Iya siswa masih belajar di tenda karena meskipun sudah satu tahun, tetapi gadung sekolah yang rusak belum diperbaiki. Katanya baru tahun depan diperbaikinya,” ujar Neuis, guru SDN Citamiang, Selasa (21/11/2023).
Menurut Neuis, meskipun kegiatan belajar masih tetap bisa digelar, tetapi aktivitasnya tidak maksimal. Sebab menjelang siang hari, siswa dibuat kepanasan dengan teriknya matahari.
“Harusnya kan bubar kelas itu jam 12 siang. Tapi karena cuaca, jam 11 sudah dipulangkan. Kasihan siswa kegerahan, kegiatan belajarnya juga jadi tidak maksimal,” kata dia.
Dia mengungkapkan memasuki musim hujan ini, siswa juga dibuat khawatir dengan adanya angin kencang dan hujan deras. Pasalnya beberapa hari lalu seorang siswa mengalami luka usai tenda belajar terbang terhempas angin kencang.
“Jadi selain panas juga ancaman lainnya ialah angin kencang. Kemarin sempat angin kencang membuat tenda terbang dan menimpa salah seorang siswa. Makanya kalau cuaca kurang bagus, siswa dipulangkan lebih awal dan ketika hujan dari pagi maka belajarnya secara daring,” tuturnya.
Dia berharap pembangunan sekolah bisa disegerakan, supaya para siswa bisa belajar dengan nyaman. “Ada tujuh kelas yang rusak. Dan kami harap bisa secepatnya diperbaiki. Kasihan siswa, belajarnya juga kurang nyaman,” ungkapnya.
Riska Nuril Hasmi, siswi Kelas 6 SDN Citamiang, mengaku jika belajar ditenda tidak nyaman. Selain panas, para juga keras belajar di tengah angin kencang dan guyuran hujan.
“Panas kalau siang. Dan, kalau hujan jadi kebasahan. Saya berharap bisa belajar lagi di kelas,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur mengatakan gempa bumi pada 2022 lalu menyebabkan 623 bangunan Paud, SD, dan SMP rusak.
“623 sekolah itu terdiri dari yang rusak berat, sedang, dan ringan. Yang berat total ada 192 sekolah,” kata dia.
Menurutnya, sebagian besar sekolah yang mengalami rusak berat sudah diperbaiki, namun masih ada yang belum dan dianggarkan di tahun depan.
“Kalau yang rusak berat sebagian besar sudah selesai dibangun kembali. Tapi ada beberapa yang belum. Kalau yang rusak sedang dan ringan diperbaiki sekalian dengan sekolah rusak berat yang belum ditangani,dianggarkannya di 2024,”tuturnya.
(ral/mso)
Sumber www.detik.com